23 March 2018
Saya dan Panda menyebrang dari Sanur menuju Nusa Penida. Langit agaknya mendung ketika kami menginjakkan kaki di Pulau yang luar biasa indahnnya itu. Karena gak lama hujan mengguyur seluruh Pulau. Kami pun menyempatkan untuk bertanya-tanya tentang destinasi yang akan kami datangi ini kepada pemilik penginapan. Setelah hujan berhenti, here we go!
Berbekal google map kami di arahkan lewat jalan utama, yang katanya lebih mudah dilalui. Ternyata.. menyesatkan. Bukan hanya perjalanan terasa jauh, tapi akses jalannya pun parah. Berbukit dan bolong sana sini. Belum lagi motor yang kami sewa ternyata kondisinya mengenaskan; bannya gudul, gas gak bisa narik, dan rem yang kerasnya setengah mati. Alhasil, perjalan harus kami tempuh selama 2 jam karena akses jalan yang super buruk.
Sesampainya di Kelingking, kami diminta untuk membayar 5000 rupiah untuk biaya parkir. Sedangkan untuk masuk ke area Kelingking-nya sih gratis tis tis tis... Karena capek dorong-dorongan motor di jalan dan belum makan siang, sebelum menuju Kelingking. Kami sempatkan makan siang di warung made yang terletak di area atas. Menu kami; nasi goreng dan Aqua 1 liter. (meski jujur rasa makanannya gak gitu enak, tapi apa boleh buat kami perlu isi tenaga.
Selesai makan kami berjalan untuk melihat pemandangan dari atas. Sumpah keren banget guys! tebingnya gak cuma menyerupai jari kelingking manusia, tapi buat saya lebih mirip T-Rex!
Gak mau kalah dengan postingan orang-orang, saya pun menyempatkan berfoto dari atas. Beneran deh pemandangan dari atas bener-bener kayak paradise. Sesudah berfoto, kami celingak celinguk, melihat turis lain. Ternyata kebanyakan dari mereka cuma datang untuk foto di atas sini aja guys.. but why? Saya pikir, kalo dari atas aja sekeren ini gimana kalo kita ke pantai yang di bawah. Tadi sebelum berangkat kami diberi tau oleh Bapak pemilik penginapan untuk turun ke bawah kita perlu menuruni sekitar 360 anak tangga. 'Ah kalo cuman segitu aja mah kecil' pikir saya. Dengan sedikit memaksa temen saya yang sebenarnya udah ogah turun, kami pun mencoba menuruni anak tangga yang disebut si Bapak.
Jesus Christ! Where is the stairs? it's a cliff! Okelah separuh perjalanan gak terlalu parah karena gak terlalu curam. Tapi baru separuh perjalanan si Panda udah mau nyerah duluan. Dia bilang mendingan dia balik ke atas aja. Tapi lagi-lagi, setelah kemakan bujuk rayu ala marketing dari saya dia akhirnya turun.
Ternyata setelah itu kami berhadapan dengan tebing guys. Beneran tebing! bukan turunan kayak foto di atas lagi, tapi ini tebing kayak wall climbing gitu, dan tebingnya sama sekali gak safety. Pegangan kami cuman kayu-kayu dan ranting-ranting. Sedangkan pijakan kami bebatuan. Untuk ke 3x kalinya Panda bilang ke saya kalo dia mau give up aja. But hello....kami udah separuh jalan. Naik ke atas atau turun ke bawah jaraknya sama aja. Jadi buat apa balik ke atas? Begitu kira-kira bujuk rayu saya ke Panda. Akhirnya, dengan sangat berhati-hati kami sampe juga turun ke bawah. You know what... Untuk turun ke bawah ternyata kami menghabiskan waktu satu jam. Ajegile.. pantesan badan rasa rontok, gak kebayang gimana nanti naik untuk balik ke atas. (Jujur mikirinnya udah bikin saya males dan ketakutan sendiri.. haha)
Sesampainya di bawah kami nyari lapak untuk ngadem bersama bule-bule yang berhasil turun (ternyata turis lokal yang turun cuman kami aja). Well, after we catch up our breath, kami sadar, ternyata pantai ini indah banget! Mungkin salah satu pantai terindah yang pernah saya liat. Karena bukan hanya akses untuk turun yang sulit, sehingga orang jarang ke sana, pasir putihnya, air lautnya yang biru. Oh My Lord, rasanya saya bangga tempat ini ada di Negara saya!!! Oh iya, ombak di pantai Kelingking ini lumayan besar, jadi hati-hati ya kalo berenang di sini atau kalian kayak saya kesapu-sapu ombak beberapa kali sebelum berfoto kayak di atas. Lol..
Setelah asik main air dan berleha-leha di pantai yang serasa milik pribadi ini, kami bersiap-siap kembali naik ke atas. Sebelum naik saya sempat beli air putih sama bapak penjual asongan di bawah untuk bekal perjalanan naik ke atas (Air ini yang menyelamatkan kami, makanya kami bias naik ke atas). Wew.. air putih botolan ukuran 600ml, 15 ribu harganya (macam dirampok), tapi mengingat perjuangan si bapak untuk turun ke bawah gakpapalah. Seperti yang kami takutkan naik ke atas luar biasa susahnya. Beberapa kali saya salah pijak, yang bikin kaki saya lecet-lecet dan biru-biru kena batu. Belum lagi, saya sempat diserang semut merah karena saya salah duduk di atas mereka pas kami istirahat. Alhasil pantat saya dapat merchandise, bentol-bentol gatal yang menyiksa.
Panas terik yang menusuk tanpa adanya tempat yang teduh bikin kami sesak napas. Padahal kami naik ke atas sekitar jam 4 sore loh. Tapi ada beberapa spot saat kita naik yang bahkan seperti kedap udara, gak ada angin sama sekali. Sampe si Panda muntah-muntah karena kehabisan napas.
Beberapa kali saya coba semangatin dia karena kayaknya dia udah kepayahan banget, mau pingsan katanya. Waduhh..jangan pingsan di sini pan, gak ada yang gotong. "U can do it" I said to her. Entah karena kecapean yang amat sangat, finally she's cry ðŸ˜. Duh saya jadi merasa bersalah sama Panda. Tapi setelah tenang dan berhasil ngumpulin tenaga akhirnya Panda mau manjat lagi ke atas. Yeay!
Di perjalanan gak cuma Panda dan saya yang kepayahan. Ternyata bule-bule yang fisiknya lebih baik dari kami juga. Bahkan ada yang sempat minta air ke kami karena dia udah kehabisan napas. Tapi lewat perjalanan ini kami kayak dapat pencerahan, filosofi kehidupan, bahwa hidup itu pasti penuh ujian, dan untuk menggapai surga jalannya gak selalu mulus guys. Kayak pengalaman kami ini.
And here, me & panda talking about life, we just realize this path represent our life, we find it's hard to go through but actually heaven is waiting.. ❤
Selesai makan kami berjalan untuk melihat pemandangan dari atas. Sumpah keren banget guys! tebingnya gak cuma menyerupai jari kelingking manusia, tapi buat saya lebih mirip T-Rex!
Saya berfoto dari atas |
Gak mau kalah dengan postingan orang-orang, saya pun menyempatkan berfoto dari atas. Beneran deh pemandangan dari atas bener-bener kayak paradise. Sesudah berfoto, kami celingak celinguk, melihat turis lain. Ternyata kebanyakan dari mereka cuma datang untuk foto di atas sini aja guys.. but why? Saya pikir, kalo dari atas aja sekeren ini gimana kalo kita ke pantai yang di bawah. Tadi sebelum berangkat kami diberi tau oleh Bapak pemilik penginapan untuk turun ke bawah kita perlu menuruni sekitar 360 anak tangga. 'Ah kalo cuman segitu aja mah kecil' pikir saya. Dengan sedikit memaksa temen saya yang sebenarnya udah ogah turun, kami pun mencoba menuruni anak tangga yang disebut si Bapak.
Jesus Christ! Where is the stairs? it's a cliff! Okelah separuh perjalanan gak terlalu parah karena gak terlalu curam. Tapi baru separuh perjalanan si Panda udah mau nyerah duluan. Dia bilang mendingan dia balik ke atas aja. Tapi lagi-lagi, setelah kemakan bujuk rayu ala marketing dari saya dia akhirnya turun.
Panda, separuh perjalanan |
Ternyata setelah itu kami berhadapan dengan tebing guys. Beneran tebing! bukan turunan kayak foto di atas lagi, tapi ini tebing kayak wall climbing gitu, dan tebingnya sama sekali gak safety. Pegangan kami cuman kayu-kayu dan ranting-ranting. Sedangkan pijakan kami bebatuan. Untuk ke 3x kalinya Panda bilang ke saya kalo dia mau give up aja. But hello....kami udah separuh jalan. Naik ke atas atau turun ke bawah jaraknya sama aja. Jadi buat apa balik ke atas? Begitu kira-kira bujuk rayu saya ke Panda. Akhirnya, dengan sangat berhati-hati kami sampe juga turun ke bawah. You know what... Untuk turun ke bawah ternyata kami menghabiskan waktu satu jam. Ajegile.. pantesan badan rasa rontok, gak kebayang gimana nanti naik untuk balik ke atas. (Jujur mikirinnya udah bikin saya males dan ketakutan sendiri.. haha)
Sesampainya di bawah kami nyari lapak untuk ngadem bersama bule-bule yang berhasil turun (ternyata turis lokal yang turun cuman kami aja). Well, after we catch up our breath, kami sadar, ternyata pantai ini indah banget! Mungkin salah satu pantai terindah yang pernah saya liat. Karena bukan hanya akses untuk turun yang sulit, sehingga orang jarang ke sana, pasir putihnya, air lautnya yang biru. Oh My Lord, rasanya saya bangga tempat ini ada di Negara saya!!! Oh iya, ombak di pantai Kelingking ini lumayan besar, jadi hati-hati ya kalo berenang di sini atau kalian kayak saya kesapu-sapu ombak beberapa kali sebelum berfoto kayak di atas. Lol..
Setelah asik main air dan berleha-leha di pantai yang serasa milik pribadi ini, kami bersiap-siap kembali naik ke atas. Sebelum naik saya sempat beli air putih sama bapak penjual asongan di bawah untuk bekal perjalanan naik ke atas (Air ini yang menyelamatkan kami, makanya kami bias naik ke atas). Wew.. air putih botolan ukuran 600ml, 15 ribu harganya (macam dirampok), tapi mengingat perjuangan si bapak untuk turun ke bawah gakpapalah. Seperti yang kami takutkan naik ke atas luar biasa susahnya. Beberapa kali saya salah pijak, yang bikin kaki saya lecet-lecet dan biru-biru kena batu. Belum lagi, saya sempat diserang semut merah karena saya salah duduk di atas mereka pas kami istirahat. Alhasil pantat saya dapat merchandise, bentol-bentol gatal yang menyiksa.
Relax sebentar sebelum manjat lagi |
Panas terik yang menusuk tanpa adanya tempat yang teduh bikin kami sesak napas. Padahal kami naik ke atas sekitar jam 4 sore loh. Tapi ada beberapa spot saat kita naik yang bahkan seperti kedap udara, gak ada angin sama sekali. Sampe si Panda muntah-muntah karena kehabisan napas.
Beberapa kali saya coba semangatin dia karena kayaknya dia udah kepayahan banget, mau pingsan katanya. Waduhh..jangan pingsan di sini pan, gak ada yang gotong. "U can do it" I said to her. Entah karena kecapean yang amat sangat, finally she's cry ðŸ˜. Duh saya jadi merasa bersalah sama Panda. Tapi setelah tenang dan berhasil ngumpulin tenaga akhirnya Panda mau manjat lagi ke atas. Yeay!
Di perjalanan gak cuma Panda dan saya yang kepayahan. Ternyata bule-bule yang fisiknya lebih baik dari kami juga. Bahkan ada yang sempat minta air ke kami karena dia udah kehabisan napas. Tapi lewat perjalanan ini kami kayak dapat pencerahan, filosofi kehidupan, bahwa hidup itu pasti penuh ujian, dan untuk menggapai surga jalannya gak selalu mulus guys. Kayak pengalaman kami ini.
And here, me & panda talking about life, we just realize this path represent our life, we find it's hard to go through but actually heaven is waiting.. ❤